Sukyatno Nugroho Promotor Kreativitas Seni Rupa

Sukyatno dan Seni Rupa

Dr HC Sukyatno Nugroho lebih dikenal sebagai pendiri gerai waralaba Es Teler 77. Namun dalam kalangan seniman, dia dikenang sebagai promotor kreativitas seni rupa anak-anak.

Banyak yang tak rela jika sosok Sukyatno Nugroho, kelahiran Pekalongan 3 Agustus 1948, harus tutup usia mendadak pada 9 Desember 2007. Padahal, pada hari itu dia masih akan berangkat ke Bali untuk berceramah. Sukyatno atau Hoo Tjioe Kiat, dikenal sebagai perintis franchise dengan brand Indonesia.

Restoran Es Teler 77 yang didirikannya pada 1992 kini telah memiliki lebih dari 190 gerai di 22 provinsi Indonesia, serta di Singapura, Kuala Lumpur dan Melbourne. Namun tidak hanya pada urusan usaha Sukyatno menabung peran. Di balik semua itu,dia ternyata menyokong pengenalan dunia seni rupa.

Sukyatno dan Seni Rupa

Ratusan perhelatan seni rupa untuk anak-anak dan remaja telah dia selenggarakan selama 25 tahun terakhir. Lewat Yayasan Perjalanan Mencerdaskan Bangsa yang dia dirikan, Sukyatno selalu menggagas festival dan lomba seni rupa yang unik,baru,bahkan ganjil bagi anak-anak dan remaja. Menariknya, semua acara itu diupayakan bernilai “paling dan pertama”.

“Dengan slogan “paling dan pertama” saya yakin anak-anak akan ingin terlibat. Masyarakat pun berminat mengikuti. Apalagi semua acara itu selalu dengan tema yang unik,” katanya. Lalu terselenggaralah acara melukis di atas kanvas paling panjang di dunia, 1.100 meter! Acara itu diselenggarakan di Pantai Mutiara, Jakarta.

Lomba melukis di atas batu digelar sebagai respons atas brutalitas remaja sekolah berantem dengan batu. Mencipta seni rupa dari barang bekas sebagai tanggapan atas imbauan daur ulang sampah. Lomba melukisi layang-layang dan sebagainya.

Acara ini tidak hanya diadakan di Jakarta, namun di kota-kota lain sampai ke pelosok desa. Untuk mendukung program lingkungan hidup, pada 1985 Sukyatno berinisiatif membuat lomba melukis di Hutan Ngawis, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Luar biasa, lomba ini diikuti oleh sekitar 2.000 peserta dari 68 taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Lalu festival melukis di dasar Telaga Perigi, Jawa Tengah, yang telah mengering airnya. Di situ para peserta diminta membayangkan kehidupan subur apabila mata air telaga itu kembali mengucur.

Para pesertanya sungguh menakjubkan! Mereka datang dari berbagai dusun yang jauhnya 5 sampai 11 kilometer! Sukyatno juga beberapa kali mengadakan kompetisi melukis untuk para tunanetra. Aneh? Barangkali. Dan Sukyatno menitikkan air mata ketika sejumlah peserta mengucap syukur. “Ajaib,ternyata saya juga bisa membuat lukisan, seperti orang-orang lain yang punya penglihatan”.

Dari ulahnya yang kreatif itu dia menerima banyak penghargaan penting di antaranya The Best Asean Executive Award dan Satya Lencana Pembangunan 1995. Sayang, penulis buku 18 Jurus Sakti Dewa Mabuk Membangun Bisnis ini keburu wafat.Tetapi bukankah dia telah meninggalkan begitu banyak kenangan seni rupa, di luar bisnisnya yang gemilang?

 

Sukyatno Nugroho Promotor Kreativitas Seni Rupa

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *