Mahasiswa Dulu dan Sekarang

Mahasiswa Dulu dan Sekarang

Ini tulisan bebas atas status teman.

Dulu, mahasiswa kelas pascasarjana diseleksi ketat, mahasiswa satu kelas cuma 6 hingga 7 orang. Rekomendasi yang membawanya masuk mengandung tanggung jawab kualitas.

Kini, kelas pasca adalah bak toko jualan saja, siapa saja boleh beli, asal mampu bayar. Kadang kelas melebihi kelas SMA, kemriyek. Mereka tentu menawarkan harapan berbeda.

Dulu, orang menulis penghayatannya bukan hanya pada gejalanya, tapi juga pada huruf-huruf tiap kata yang dikatakan, tatanannya, gayanya. Men-tipex, mengetik ulang lagi, adalah biasa.

Kini orang main template dan aplikasi, kopi paste, sambung-sambung, satu halaman 1 menit. Mereka tak membaca gejala primer. Mereka hanya menata pembacaan gejala yang dikatakan orang. Warna dan bau data, mereka tak sampai ke sana.

Dulu, cari IPK 2, 5, mahasiswa belajar jungkir balik mati-matian.

Kini, presensi saja dapat IPK 3. Belajar dikit sambil googling-googling di cafe dapat 4, lulus cumlaude dan jadi sensasi berita

Dulu tak semua s1 bikin skripsi, skripsi untuk yang mampu mikir, yang IPK 2, 5 ke atas itu.

Kini, skripsi untuk semua. Bisa mikir atau tidak, mahasiswa harus bikin. Agak digayakan sedikit dengan dijurnalkan.

Dulu, di program doktor ada acara ujian terbuka, (di tempat lain ujian bertahap-tahap sebelum ujian ditonton umum itu), dan promotor memberi pidato yang mempromosikannya. Rasa malu masih kuat, tampil menjadi sebaik-baiknya adalah pertaruhan kehormatan.

Kini di banyak program pasca cuma ujian tertutup, diuji atau tidak diuji, mampu atau tak mampu, tak ada yang tahu. Iklim kualitas tak dilirik, yang dilirik adalah rasional efisiensi. Memang, acara promosi butuh anggaran konsumsi, dll.

Dulu prodi-prodi mengandaikan diri perguruan persilatan. Dalam persilatan guru besar tak lebih dari satu. Ingin menjadi guru besar harus ngantri panjang “langkahi mayatku dulu”. Menjadi guru besar mengandung ewuh pakewuh, membawa moral kebesaran, dan meski tidak mempersyaratkan telah doktor, tetapi tidak berarti mudah.

Kini prodi bukan perguruan persilatan lagi. Guru besar milik banyak orang yang berhak dan orang tak berhak yang bisa menjadi berhak. Guru besar bukan hanya cermin prestasi jabatan dosen yang terarah dan rajin diadministrasikan, tapi juga bisa menjadi gelar kebangsawanan politik.

Beruntunglah hai hai mahasiswa sekarang, zamanmu mudah. Segera lulus, ya, spp mahal. Segera lulus dan kerja. Semoga kerjaan ada.

Beruntunglah, hai hai mahasiswa kuno, meski cuma nyusun skripsi, esensi, engkau masih dicari. Ada peluang mbimbing orang-orang pasca, meski formal, tak boleh dikata karena engkau profesor dokterandes saja, misalnya.

Semoga, karena semakin menua, mata masih kuat membaca.

Dulu, orang mikir berkarya. Kini, orang mikir bekerja.

Berkarya karena cinta, bekerja karena menjalankan tugas. Karya adalah keberartian. Kerja tugas adalah kewajiban. Orang, misalnya, bisa sangat diingat karena novel karyanya yang hebat padahal dia bertahun-tahun pernah kerja jadi rektor universitas.

 

Mahasiswa Dulu dan Sekarang

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *