Abraham Titaley (Bram Aceh), Musikus Indonesia

Abraham Titaley (Bram Aceh)

Abraham Titaley (Bram Aceh) seorang musikus Bangsa Indonesia, putra Maluku lahir di Banda Aceh pada tanggal 4 Maret 1913. Masa sekolah dimulai di Frobel School (TK) Banda Aceh, kemudian di Ambonsche School (SD). Ia kemudian melanjutkan pada sekolah Mula (SMP) dan tamat pada tahun 1928. Ia mulai bekerja sebagai pegawai pada Kantor CKC (Kantor Perbendaharaan Negara). Di samping itu selaku penyanyi tenar, musikus dan pemain bola top pada jaman penjajahan Belanda di Batavia.

Abraham Titaley terkenal dengan nama panggilan Bram Aceh, adalah putra ke 4 dari Ibu Fien Nanlisa dengan ayahnya bernama Petrus Titaley (suami kedua) seorang tentara KNIL. Dengan suami pertama Laurens, Ibu Nanlisa melahirkan 3 orang anak. Jadi Bram mempunyai 3 orang kakak, yaitu Meky Laurens, Doan Laurens dan Manus Laurens. Ketiga orang ini merupakan kakak Bram Titaley dari Bapak Laurens.

Pada 4 Februari 1933 tetjadi pemberontakan di Aceh yang terkenal dengan nama “Zeven Provincien”. Bram turut terlibat dengan para marinir Indonesia unruk pertama kalinya melawan Belanda di Aceh. Bram kemudian ke Medan pada 6 Februari 1933 untuk selanjutnya ke Batavia (Betawi).

Tiba di Betawi 8 Februari 1933. Ia kemudian tinggal di rumah kakaknya Hermanus Laurens yang saat itu menjadi tentara KNIL. Selama tinggal di rumah kakaknya itu Bram mencoba bekerja sebagai penyanyi disamping itu juga menjadi pemain bola di berbagai perkumpulan seperti V.B.O. (Perkumpulan Bola Batavia) Club Bola Yang Ambon dibawah pimpinan Bernadus Watimena, dan pada Club Bola Bintang Timur tahun 1954.

Baik sebagai penyanyi maupun sebagai pemain bola, Bram mempunyai prestasi yang baik. Ia dapat dikatakan sebagai bintang lapangan setiap Club bola yang diikuti. Pada Club Bola V.B.O. Bram Titaley merupakan satu-satunya putra Indonesia yang dipercayakan bermain bersama orang-orang Belanda.

Buaya Keroncong

Sebagai penyanyi, hampir setiap Festival khususnya lagu-lagu Keroncong, ia muncul sebagai juara. Itu ia peroleh pada periode 1935- 1942. Sehubungan dengan itu ia banyak memperoleh hadiah. Ketika Indonesia telah merdeka dan diselenggarakan Bintang Radio jenis keroncong di RRI Jakarta tahun 1956, ia juga menjadi juara.

Hal yang sama juga dialami ketika pada tahun 1980, ia menjadi juara Pria pada Festival Keroncong Tempo Dulu se Jabotabek, yang diadakan di Senayan Jakarta. Saat itu ia memperoleh berupa sebuah Piala Besar dari Gubernur DKI Jakarta, Tjokropranolo. Selain itu juga, mendapat banyak Surat Penghargaan dari berbagai Instansi atas prestasi yang dicapai dalam dunia musik dan olahraga. ·

Tahun 1981-1982, Bram Titaley ikut meramaikan Pasar Malam Tingtong (sejenis pasar malam yang terdiri dari sekelompok/kumpulan keroncong internasional yang diadakan di Denhaag negeri Belanda

Sebagai pemain Banda, Bram pernah bermain pada Banda Hawaiian Senior yang dipimpin mantan Kapolri, Jenderal Polisi Hoegeng. Hubungan dengan Pak Hoegeng sangat akrab, bahkan seperti adik dan kakak. Pada saat itu sejak Band Hawaiian Senior ini sangat terkenal, setiap sebulan sekali TVRJ mentayangkan acara tersebut.

Pada bulan Mei 1980, acara bulanan The Hawaiian Senior di TVRJ itu dihentikan, dengan alasan tidak sesuai dengan Kebudayaan Nasional. Keputusan itu menimbulkan banyak protes. Banyak yang menganggap alasan itu terlalu dicari-cari, Sampai saat ini Bram tidak mengetahui alasan tersebut. Selaku penyanyi maupun pemain bola Bram tidak senang kepada politik. Setelah The Hawaiian Senior dilarang Bram memimpin Group Hawaiian Anggrek Nusantara.

Bram Titaley pertama kalinya berkenalan dengan Nona Veit pada zaman Jepang. Mereka menikah pada tahun 1951. Dari pernikahan itu, mereka memperoleh 6 orang anak, yaitu Margo Titaley, Ina Titaley, Tisye Titaley, Bram Yunior Titaley, Mody Titaley dan Gonda Titaley. Mereka telah berkeluarga dan masing-masing telah punya tempat tinggal tersendiri .

Pada tahun 1964-1965 Bram Titaley sering diminta untuk menyanyi di Istana Bogor karena itu ia sempat berkenalan dan bertemu dengan Presiden Soekarno dan Menteri Jo Leimena menteri-menteri yang lain dan beberapa tokoh terkemuka saat itu.

Selain itu dengan kelompoknya, ia mengadakan pertunjukan di daerah-daerah di Indonesia, bahkan juga keluar negeri, yaitu ke Belanda, Jerman,dll. Dalam karirnya Bram telah menghasilkan aneka ragam kaset lagu-lagu.

Di antara lagu-lagunya kita kenal antara lain : Sapa suruh datang Jakarta, Pasar Gambir, Schoon Ver Van You, Dari Masa ke Masa, Rindu Malam, Persembahanku, Gema Irama, Salam Mesra dari Jakarta dsb. Lagu-lagu keroncong dan Hawaiian Bram Aceh bukan saja terkenal di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.

Bakat Bram rupanya diikuti oleh cucunya, Harvey Malaiholo adalah cucu Bram dari salah seorang putrinya yang bernama Mody Titaley. Harvey adalah seorang penyanyi saat ini. Bakat dan sifat Bram Aceh menurun kepada cucunya itu.

 

Abraham Titaley (Bram Aceh), Musikus Indonesia

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *